Sejarah Desain Interior: Every Human Is An Interior Designer

Jumat, 16 September 2011


Manusia membutuhkan ruang dalam kehidupannya dan seiring perkembangan jaman dan tuntutan hidup yang makin beragam, kebutuhan akan ruang tersebut pun menjadi berkembang. Desain interior merupakan suatu keilmuan yang membahas tentang hubungan manusia dan ruang arsitektural. Alam menyediakan suatu ruang yang sangat luas bagi manusia untuk berkehidupan dan berdampingan dengan makhluk lain.  Namun berbeda dengan binatang; manusia memberikan suatu makna dan tanda terhadap ruang yang ditempatinya. Dodsworth (2009; 8) menyatakan bahwa untuk menjadi kreatif merupakan bagian dari psikologi manusia. Ini merupakan salah satu jejak yang membedakan dengan spesies hewan lainnya dan manusia telah mempraktekannya selama beberapa milenia.  Meskipun kebutuhan dasar kita adalah untuk mencari makan dan bertempat tinggal (shelter), manusia mempunyai hasrat untuk meninggalkan jejak pada lingkungan yang ditempatinya. Hasrat (desire) ini yang juga merupakan bagian dari psikologi manusia yang melahirkan suatu dasar keilmuan desain interior kelak.


Hubungan sejarah manusia dengan sejarah desain interior sangatlah erat. Roenisch dan Conway (dalam Conway [ed], 1991; 67) menyatakan desain interior mempunyai sejarah yang sangat panjang seperti yang ditunjukkan pada interior piramid. Sejarah "desain" interior lebih panjang dari arsitektur, ini dibuktikan dari kehidupan manusia (prasejarah) pada lingkungan terlindung (sheltered environments) seperti goa; jauh sebelum mereka membangun rumah atau mengembangkan arsitektur. Manusia prasejarah telah mengatur penempatan (zonning) tempat tidur, peletakan bahan makanan, posisi perapian, tempat peralatan dan bahkan menghias interior goa tersebut dengan lukisan-lukisan (tampak pada gambar 1). 
Gambar 1. Kehidupan Goa Jaman Prasejarah
Sumber: Kennedy dkk, 2004; 20

Hal tersebut sepaham dengan pernyataan Dowdsworth di atas bahwa kreativitas manusia dalam meninggalkan jejak di ruang (interior)  merupakan kebutuhan psikologis manusia yang membedakannya dengan hewan.  Dari pernyataan tersebut sekilas menjelaskan bahwa "desain" interior merupakan suatu kebutuhan atau kemampuan dasar manusia sehingga mensintesakan suatu pernyataan baru yaitu:
                                      
"Every Human Is An Interior Designer"

Manusia memang memiliki insting untuk mengubah ruang sesuai dengan karakter dirinya, misalnya seorang anak yang diberikan kamar sendiri akan mengubah atau menambahkan sesuatu yang menandakan karakter dirinya pada kamar tersebut, Begitu juga dengan ruang interior domestik yang lain (domestic interior) seperti rumah tinggal, kamar kost, apartemen dll, manusia cenderung menambahkan dekorasi, memajang fotonya atau mengganti warna dalm ruang sesuai dengan karakter dirinya. Konsep tersebut dinamakan "teritorialitas". Teritorialitas menurut Dedy Halim (2005; 88) adalah ruang untuk menyatakan diri, biasanya mengindikasikan adanya kepemilikan. Kepemilikan ini adalah suatu respon hampir semua "hewan" terhadap lingkungannya. Contohnya: anjing menandai ruang tersebut dengan air seninya, singa dengan aumannya dan berbagai jenis hewan lainnya dengan perilakunya masing-masing.
Source:http://www.morethanahomemom.com/

Lebih lanjut Dedy Halim menjelaskan bahwa teritorialitas berbeda dengan ruang personal (bubble space), teritorialitas bersifat tetap dan tidak bergerak mengikuti organisme. Sedangkan sebaliknya ruang personal (bubble space) merupakan ruang yang bergerak mengikuti organisme. Teritorialitas memiliki lima ciri yang menegaskan ; 1) ber-ruang, 2) dikuasasi, dimiliki, atau dikendalikan oleh seorang individu atau kelompok, 3) memuaskan beberapa kebutuhan/motif (misalnya: status), 4) ditandai baik secara konkrit dan/ atau simbolik, 5) dipertahankan atau setidak-tidaknya orang merasa tidak senang bila dimasuki atau dilanggar dengan cara apapun oleh orang asing (Halim, 2005; 253).

Konsep teritorialitas merupakan kebutuhan dasar manusia sebagai bagian dari kerajaan hewan untuk menandakan kepemilikannya terhadap ruang. Dalam konteks rumah tinggal, manusia sebagai makhluk individu cenderung mengubah atau menambahkan suatu penanda khusus yang menandakan kepemilikannya. Proses ini berlangsung dari era prasejarah sampai ke era digital informasi bahkan akan terus ada selama ras manusia ini belum punah di muka bumi. Kebutuhan atau fenomena ini membuka suatu keilmuan baru yaitu desain interior atau desainer ruang (space designer) untuk memahami dan mengayomi kebutuhan dasar manusia ini dalam ruang.

Semoga Bermanfaat !


Daftar Pustaka
Conway, Hazel [editor], 1991, Design History A Student's Handbook, New York; Routledge

Dodsworth, Simon, 2009, The Fundamentals Of Interior Design, Switzerland: AVA books

Halim, Deddy, 2005, Psikologi Arsitektur Pengantar Kajian lintas Disiplin, Jakarta: Grasindo

Kennedy, Denis [editor] dkk, 2004, Life On Earth: First Human, USA: The Diagram Group

Rao, M. Pratap, 2010, Interior Design: Principles And Practices, New Delhi-India: Standard Publisher Distributors


Share this article on :

1 komentar:

Posting Komentar

 
© Copyright 2010-2011 Studi Desain Interior All Rights Reserved.
Template Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.